Catatan Kecil Kehidupan Pribadi Sehari-hari Seorang Suami, Ayah, dan ASN

Disclaimer

Blog ini merupakan pindahan dari blog www.abangdhani.net, jadi apabila ada embel-embel atau kalimat yang berhubungan dengan URL/alamat tersebut maka itu merupakan postingan lama yang tidak di-edit

Arsip Blog

Sabtu, 15 Agustus 2020

Test Antibodi Dengan Rapid Test COVID-19


"Virusnya ada di pernafasan kenapa yang diambil untuk rapid test itu darah ya?", -Amang "I", penjual sayur di Pasar Besar.

Contoh RT Reaktif IgG

Banyak dari masyarakat awam belum memahami tentang Rapid Test COVID-19 (selanjutnya kita sebut RT ya) ini. Salah satunya adalah Amang (Paman) "I". Beliau bingung kenapa yang dicek adalah darah sedangkan virusnya ada di pernafasan.

RT Mendeteksi Antibodi

Sebenarnya RT fungsinya untuk mendeteksi antibodi yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Tentara alami tubuh ini akan timbul saat seseorang terinfeksi suatu virus penyakit. Letak antibodi ini ada dalam darah oleh karena itu yang diambil adalah sampel darahnya.

RT memberikan hasil reaktif atau non-reaktif. Jika antibodi telah terbentuk maka hasilnya akan reaktif, tapi jika belum maka hasilnya negatif.

Dalam banyak kasus, hasil RT non-reaktif tapi saat dilakukan Swab Test PCR hasilnya positif. Kok bisa gitu ya? Itu dikarenakan tubuh membutuhkan waktu beberapa hari untuk menghasilnya antibodi penyerang virus tersebut. Saat dilakukan RT sebenarnya virusnya sudah menginfeksi namun antibodi belum ada sehingga hasilnya non-reaktif. Karenanya jika hasil RT non-reaktif maka dianjurkan untuk melakukan RT ulang 7-10 hari kemudian untuk memberikan waktu tubuh memproduksi antibodi kalau-kalau seseorang terinfeksi virus

Alat RT untuk COVID-19 ini pada umumnya ada 2 jenis. Jenis yang pertama adalah yang mendeteksi IgG dan IgM dan jenis kedua adalah kombinasi dari keduanya.

Untuk RT jenis pertama beberapa kemungkinan hasilnya adalah:
  1. Non-reaktif
  2. Reaktif IgM, reaktif IgG
  3. Non-reaktif IgM, reaktif IgG
  4. Reaktif IgM, non-reaktif IgG

Sedangkan RT jenis kedua hanya memunculkan hasil reaktif atau non-reaktif

Antibodi IgM (Immunoglobin M)

Biar ga salah, aku copy-kan dari internet aja ya hehe
Tubuh akan membuat antibodi IgM saat Anda pertama kali terinfeksi bakteri atau virus sebagai bentuk pertahanan pertama tubuh untuk melawan infeksi. Kadar IgM akan meningkat dalam waktu singkat saat terjadi infeksi, kemudian perlahan menurun dan digantikan oleh antibodi IgG. Oleh sebab itu, hasil pemeriksaan IgM dengan nilai yang tinggi, sering kali dianggap sebagai tanda adanya infeksi yang masih aktif (https://www.alodokter.com/memahami-jenis-dan-fungsi-tes-antibodi)

Antibodi IgG (Immunoglobin G)

Antibodi IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Ketika antigen seperti kuman, virus, atau zat kimia tertentu masuk ke dalam tubuh, sel-sel darah putih akan "mengingat" antigen tersebut. Dengan demikian, jika antigen tersebut kembali masuk ke dalam tubuh atau menyerang tubuh Anda, sistem kekebalan tubuh akan mudah mengenalinya dan melakukan perlawanan karena antibodi sudah terbentuk lebih dulu (https://www.alodokter.com/memahami-jenis-dan-fungsi-tes-antibodi)

Namun sekarang ini pemerintah sudah tidak merekomendasikan lagi RT ini untuk diagnosa dan hanya digunakan untuk melakukan skrining saja. Mungkin karena RT ini tingkat kesalahannya tinggi dan tidak bisa mendeteksi di awal-awal seseorang yang terinfeksi. Rekomendasi pemerintah untuk penegakan diagnosa COVID-19 tetap dengan menggunakan PCR Test yang sampelnya adalah cairan di dalam hidung dan tenggorokan.

Apakah ada pembaca yang punya pengalaman terkait RT atau PCR Test ini? Yuk ceritakan di kolom komentar

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar pada formulir isian berikut